dara pantai menembus ruang Masjid Al Aqsa. Langit biru tampak dari dalam ruangan masjid, mengiringi salat Ashar 14 Ramadan. Sebagian jamaah yang baru menginjakkan kaki di masjid itu takjub. Mereka tak menyangka kubah masjid itu dapat bergeser meninggalkan tempatnya.
Itulah sebuah keunikan yang tampak di bangunan Masjid Al Aqsa, Jalan Maipa, tak jauh dari Pantai Losari, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kubah masjid tersebut setinggi sembilan meter dan berdiameter sembilan meter, dilengkapi roda dan secara otomatis dapat digeser hanya dengan menekan tombol yang terletak di samping mimbar khotbah. Kubah itu dirancang oleh arsitek Danny Pomanto yang terinspirasi dari kubah Mesjid Nabawi.
Danny merancang kubah tersebut hanya dengan bahan tripleks berlapis serpihan-serpihan keramik dan melengkapi kekhasan Masjid Al Aqsa dengan ukuran serba-sembilan meter yang bermakna filosofi sebagai angka tertinggi yang paling disayangi Allah SWT.
Masjid ini juga dilengkapi ornamen-ornamen bermakna simbol Islam, di antaranya terdapat 33 lampu gantung sesuai jumlah biji tasbih dan lampu tempel berjumlah 99, menyimbolkan Asmaul Husna . "Masih ada yang belum terselesaikan di masjid ini, yakni belum punya menara, rencananya akan dibuat dua menara setinggi 27 meter," katanya kepada SP, Minggu (14/9).
Langgar Kecil
Ilham Arief Siradjuddin, donator pembangunan masjid itu mengatakan, dulunya masjid tersebut hanyalah sebuah langgar kecil dibangun warga tahun 1947 di atas tanah hibah, mengalami perubahan tahun 1960 menjadi masjid dan diperluas dan pernah mendapat bantuan perbaikan tahun 1976 dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Setahun menjabat Wali Kota Makassar, Ilham membongkar bangunan masjid berlantai satu itu dan tahun 2005 dimulai pembangunannya dengan rancangan masjid modern berlantai tiga yang diadaptasikan lingkungan sekitarnya, di mana terdapat hotel berbintang lima, rumah sakit, sekolah, restoran, dan pusat hiburan Pantai Losari.
Menurut Ilham, pembangunan masjid tersebut merupakan amanah ayahnya, Arief Siradjuddin, mantan Bupati Gowa yang tinggal di depan masjid. "Ketika ayah saya masih hidup ia bercita-cita membangun masjid ini lebih megah, berlantai tiga. Cita-cita itulah yang saya lanjutkan dan baru bisa terwujud saat menjadi wali kota Makassar," katanya.
Untuk mewujudkan masjid modern dengan perpaduan arsitektur lokal, Ilham meminta bantuan Danny, arsitek yang pernah memenangi sayembara mendesain ibu kota Provinsi Gorontalo. Seluruh bangunan masjid menyerap anggaran Rp 2,8 miliar dan khusus untuk kubah sekitar Rp 600 juta.
Pembangunan masjid dimulai 2005, seluruh biaya diperoleh Ilham dari honor dan tunjangan jabatan saat menjadi wali kota. Masjid tersebut baru bisa dirampungkan 2007 dan diresmikan Wakil Presiden HM Jusuf Kalla yang juga sempat tersentak heran melihat kubah masjid itu bergeser saat sedang berpidato.
Menurut Danny, konsep arsitekturnya futuris minimalis sesuai tren Kota Makassar dengan memaksimalkan lokasi yang ada. Arsitek Masjid Al Aqsa bukan filosofi masjid permukiman, melainkan masjid urban yang dirancang untuk kenyamanan dan kekhusyukan beribadah sehingga setiap orang dapat singgah melaksanakan ibadah di masjid tersebut bersama warga setempat.
Fungsi sosial masjid tak ketinggalan, Danny membuat lantai dasar sebagai ruangan habluminannas (hubungan antarmanusia) seperti untuk perhelatan pernikahan dan meeting room, lantai dua tempat sholat bagi jamaah laki-laki dan perempuan yang sudah uzur dan lantai tiga berupa balkon untuk jamaah perempuan. [SP/M Kiblat Said]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar